Sunday, May 11, 2008

Tembang Dandanggula

Sakehing kan dumadi makardi
Lir Hyang Widhi kan tansah makarya
Nguribi jagad tan leren
Surya, candra lan bayu Bhumi tirta kalawan agni
Paparing panguripan Mring pamrih wus mungkur
Anane nuhoni dharma
Iku dadya ”sastra cetha” tanpa tulis
Nulat lakuning alam



Semua yang diciptakan berkarya,
Seperti Sang Pencipta yang berkarya
Menghidupi dunia ini tanpa henti
Matahari, Bulan, Angin, Bumi, Air, dan Api.
Memberikan kehidupan,
Tanpa pamrih
Hanyalah memenuhi tugas
Seperti itu adalah ilmu yang jelas tanpa harus ditulis
Yaitu dengan mengikuti jalannya alam

-Tembang Dandanggula-

MENCIUMI ANAK KARENA KASIH

Imam Nawawi pada kitab Riyadush Shalihin menyitir hadist: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw mencium cucunya, Hasan bin Ali ra. Waktu itu al-Aqra’ berkata, ‘Ya Rasulullah, saya punya sepuluh orang anak, dan belum pernah kucium seorang pun’. Rasulullah saw menoleh ke al-Aqra seraya bersabda, ‘Siapa saja yang tidak mau mengasihi maka tidak akan dikasihi’.” {Diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim} Sayyidina Hasan ra adalah cucu Nabi saw. Nabi saw sangat kasih dan cintai Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra. Terlebih pada Sayyidina Hasan ra, cinta-kasih Nabi saw bertambah lagi. Kyai Fuad ngendiko, wajah Sayyidina Hasan ra itu mirip dengan wajah Nabi saw. Baru menghadap Nabi saw waktu itu al-Aqra’ bin Habis. Al-Aqra’ tak lain seorang dari pimpinan Bani Tamim. Ketahuilah, Arab badui memiliki watak dingin, keras dan kaku. Maka tatkala Nabi saw mencium Sayyidina Hasan ra, al-Aqra’ berkata, “Saya mempunyai sepuluh anak dan saya belum pernah mencium seorang pun dari mereka.” Kyai Fuad jelaskan, bangsa Arab sangat berorientasi pada maskulinitas dan keperkasaan. Orang tua ungkapkan cinta-kasih ke anak dengan menciumi tidak pernah mereka lakukan. Mencium anak dianggap lembek, tidak perkasa malah feminim. Nabi saw pun menoleh ke al-Aqra’ seraya bersabda, “Siapa yang tidak mengasihi maka dia tidak akan dikasihi.” Maksudnya? Siapa yang mengasihi hamba-hamba Allah swt niscaya tidak akan di-Kasihi Allah swt. Orang yang mengasihi hamba-hamba Allah swt niscaya dia akan di-Kasihi-Nya. Nabi saw pernah bersabda, “Orang-orang yang mengasihi maka dia akan di-Kasihi oleh Allah swt Dzat Maha Pengasih.” Anak-anak termasuk juga hamba Allah, mereka memiliki hak untuk dikasihi dan dicintai. Kyai Fuad menerangkan, pernah terjadi, pada saat Nabi saw mendirikan shalat dan sedang sujud datanglah Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra. Keduanya naik ke atas punggung beliau laksana mengendarai tunggangan. Nabi saw lalu memperlama sujudnya. Seusai shalat Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya cucu-cucuku tadi jadikanku sebagai tunggangan. Dan aku tidak hendak bangkit dari sujud sampai mereka selesai melampiaskan keinginannya.” Aduhai, betapa lembut dan kasihnya Nabi saw kepada anak-anak kecil. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah ra di atas terdapat dalil bahwa manusia mesti menggunakan kasih sayang dalam menggauli anak-anaknya. Terpujilah orang-tua yang mencium anak-anaknya, mengungkapkan kasih sayang ke anak-anak dan mengikuti sunnah Nabi saw. Tidak patutlah orang-tua bersikap keras dan acuh tak acuh pada anak-anaknya. Sikap dan perlakuan begitu bertentangan dengan sunah dan risalah kasih sayang. Hadist tadi juga memuat dalil bahwa manusia mesti mengasihi anak kecil dan bersikap lembut dengan mereka. Hal demikian bisa jadi sebab turunnya Rahmat Allah swt. Kita memohon kepada Allah swt semoga menurunkan rahmat, kelembutan dan karunia-Nya ke kita. Ya Allah, jauhkanlah kami dari hati yang dingin hingga tak pernah mau menciumi anak-anak. Amin.(laxamana hsin bo)

buah hatiku sayang

MY NAME IS TODAY
Oleh : Gabriela Mistral

Banyak kekhilafan dan kesalahan yang kita perbuat,
Namun kejahatan yang paling nista adalah
Kejahatan mengabaikan anak-anak kita
Melalaikan mata air hayat kita.
Kita bisa tunda berbagai kebutuhan kita
Kebutuhan anak kita, tak bisa ditunda,
Pada saat ini tulang belulangnya telah dibentuk
Darahnya dibuat dan susunan syarafnya tengah disusun
Kepadanya kita tak bisa berkata ”ESOK”
Namanya adalah ”KINI”

Sahabat


Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.


Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa tahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

-Khalil Gibran-